Minggu, 21 September 2008

Politik Informasi

Semua berangkat dari keheranan akan begitu cepatnya perubahan fokus isu yang dibawa media begitu ada isu yang lebih menarik lagi muncul. Meskipun isu sebelumnya belum selesai penanggulangannya.

Hal ini bisa dilihat ketika isu kenaikan BBM yang seharusnya menjadi bahasan panjang dan dialektika yang rumit, namun begitu saja terhapuskan ketika isu FPI dan bentrokannya mencuat di hampir seluruh headline media dalam negeri. Ini seperti sebuah pengalihan fokus agar masyarakat tidak terus menekan pemerintah karena krisis energi dan teralihkan ke hal lain. Pengalihan ini tidak hanya terjadi sekali. Isu kenaikan BBM sebelumnya juga menggunakan peralihan isu Pulau Sipadan-Ligitan yang direbut Malaysia.

Akhirnya muncul banyak pertanyaan mengenai media. Apakah setiap kali media memunculkan isu selalu ada kepentingan yang masuk dan terlibat di situ? Apakah ada skenario di balik itu semua?

Media pada dasarnya memang memiliki visi dan misi tersendiri, sehingga saat muncul suatu realita, proses pengemasan dan penggodokan ide terbungkus dengan visi misi tersebut. Maka tak jarang kita melihat suatu realita digembar-gemborkan besar-besaran di suatu media sementara di media lain isu tersebut hanya tenggelam diantara lautan berita lain.

Media adalah suatu badan yang juga memiliki aspek korporasi, dimana bisnis berperan di situ. Tanpa melakukan bisnis dan komersialisasi, maka media tidak akan banyak bergulir dan melakukan maneuver-manuver persnya.

Demikian pula media kita hari ini. Bahwa kepemilikan saham dan aktivitas korporasi yang mewarnai layar di balik media adalah benar adanya. Dan tentu saja, pengaruh dua actor di balik media ini dicurigai besar terhadap isu-isu yang muncul dalam media itu sendiri. Maka sulit mengungkapkan bahwa media yang ada saat ini adalah netral dan bersih dari semua muatan ideologis. Sulit karena realita mengungkapkan sebaliknya.

Jika memang demikian lalu bagaimana? Padahal media memiliki peran  untuk membentuk opini publik. Dan opini publik itu sendiri dibutuhkan dalam membentuk kepercayaan terhadap Negara. Untuk membentuk Negara yang baik, paling tidak dibutuhkan tiga komponen penting didalamnya: ideology, korporasi, dan media. Ketiga pilar inilah yang selanjutnya akan menopang Negara menjadi sebuah badan yang efektif dan terarah. Sinergitas antara ketiganya itulah yang diharapkan. Namun jika salah satu komponen, media, tidak juga mengikuti track pembangunan yang diharapkan, maka bayangan kejayaan bangsa ini akan semakin jauh saja.

Melihat realita hari ini, kita dihadapkan pada kenyataan bahwa masih banyak media dalam negeri kita yang berada dalam cengkraman korporasi besar dan deal-deal bisnis yang menggiurkan di balik layar headlinenya. Sehingga mau tak mau, dalam jangka pendek kita tidak bisa berharap banyak akan munculya karakter bangsa yang luhur bermartabat. Yang perlu diperhatikan adalah, meski korporasi dan komersialisasi media itu ada, seharusnya kita selalu memantau apakah media tersebut mmbentuk bangsa dengan opini yang konstruktif ataukah tidak? Jika tidak, maka apa yang harus dilakukan?

penulis : Ashif Aminulloh

editor : Nadia Aghnia

Kajian Stategis BEM KMFT

2 komentar:

Unknown mengatakan...

Hai hai teman2 teknik!
Media memang mengalami dilema. Dalam hal ini media tidak dapat disalahkan. Di satu sisi, mereka ingin memberikan informasi kepada masyarakat dengan menyajikan informasi yang sebenar-benarnya. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa mereka pun ingin mendapatkan keuntungan dari kegiatan yang dilakukan. Itu merupakan hal yang wajar, karena untuk pembuatan media juga memerlukan biaya, baik untuk produksi maupun pemasarannya. Media yang cukup idealis memang bagus, tetapi media tersebut tidak akan bertahan kalo ga ada pendapatan.
Yang penting, media tersebut tetap bisa mengedukasi masyarakat.
hehe, ini pendapat saya aja siy..menurut teman2 gimana? thx
-retno-feb

Anonim mengatakan...

asw

Subhanallah Alhamdulillah ternyata forkas udah punya blog. congrats yua...

terkait dengan politik informasi, maka ada baiknya kita pun menggunakan media massa sebagai alat propaganda.

for your info, beberapa minggu terakhir di koran republika sering dibahas tentang ruu pornografi, tapi di koran tempo sama sekali gak ada.

apa artinya? jadi belilah koran republika selalu, pegangan kebenaran. hohohoho...

wasw